Friday, July 29, 2016

Valid and Value



Dalam keseharian kita, Data itu selalu tersedia dalam 2 bentuk.
A. Valid, data numberic
Contoh: berat saya 67 Kg. Itu tidak terbantah, kalau mau membantah, salahkan timbangannya. Atau kalau di lab, suatu zat ditimbang beratnya 300 gr. Kalau mau dibantah, caranya: apakah alatnya sudah di kalibrasi atau belum? Apa merk timbangannya?

B. Value
Setelah diketahui berat saya 67Kg. Saya mungkin mengatakan saya gendut, si B mengatakan kurus, si C mengatakan sedang.

Jadi 67Kg, 300 mter, 5 ltr, rangking 3 dari bawah: itu data valid
Sedangkan berat, ringan, mahal, murah, bawah, atas, itu data Value.

Dalam keseharian kita data Valid dan Value ini paling sering kita amini (terima) di dunia kedokteran. Yang melalukan check kandungan darah, rontgen dll adalah laboratorium atau paramedis lain (ini data Valid), sedangkan yang mendefinisikan data tersebut apakah perlu penanganan, krisis atau masih wajar adalah dokter.

Kami urang marketing adalah yang paling sering menyampaikan pesan berupa Value: murah, mahal. Sedangkan orang akunting yang sebenarnya memberikan data validnya.
Misal; Feni Rose mengatakan, HANYA 2 M, dan besok, harga naik!
Itu penuh dgn value.
Validnya: 2 M lho,

Cara kerja seperti ini yang ambo sarankan pada semua, prinsip 3V : Valid, Value, Victory!

Jika kita setuju menetapkan Validnya, setuju menyerahkan definisi Value thd si A, maka kerja akan tajam dan kita akan raih Victory.

Nah dari sini, kita mungkin akan sadar kenapa orang bisa berdebat panjang tanpa ujung.
Sederhana: mereka berdebat di hal yang Value. Kita bisa berdebat panjang utk mengatakan saya gendut, overweigth, atau malah kurus, ceking, kurang makan, kurang gizi.
Tapi data validnya tdk akan berubah, ya berat saya 67Kg. Anda mau debat itu timbangan? Mau banting itu timbangan? Sama aja hasilnya jika anda coba di timbangan lain, paling besar plus minus 10% (angka maksimal plus minus 10% adalah angka yang datang dari laboratorium fisika dasar, scientific).

Lalu bagaimana mengatasi/menghandle perdebatan yang panjang tanpa ujung?
Juga sederhana: ingat, saat berdebat itu adalah data Value.
Jadi kita tinggal minta: data validnya mana? Angkanya mana. Oo angka 67 kg ini bagi A dianggap gendut, bagi B dianggap kurus. Yaaa angkanya 67 Kg ya.

Ini sejalan dgn filosofi perawi hadits yang pernah saya sampaikan disini. Runutlah ke hulu. Data Valid selalu ada di hulu, sedangkan Value selalu ada di hilir.
Bagaimana mgkn orang bisa debat gendut vs kurus (value) sebelum di timbang (valid?)
Kalau mereka masih berdebat juga: ya awalnya sudah salah.

Air di hilir selalu lebih keruh dibanding di hulu. 


Semoga ada manfaatnya ya

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home